Selasa, 10 September 2024

Berimajinasi bersama buku #3 🔮

Narasi Buku : Putri Sirkus dan Lelaki Penjual Dongeng

Penulis Buku : Jostein Gaarder

Buku Jostein Gaarder yang satu ini berhasil membuat kepalaku full dengan berbagai imajinasi luar biasa dikarenakan ceritanya, yang menurutku seperti cerita anak-anak seblum tidur siang di bagian cerita laba-laba kecil juga cerita tentang putri sirkusnya, dan beralih cerita yang cukup berbobot dibagian cerita seorang peria dewasa. Tokoh utamanya adalah seekor laba-laba bernama Petter. Petter merupakan anak yang sangat imajinatif, imajinasinya serasa nyata, ada di dunia, tak hanya dibenak pikirannya saja, bisa di interaksi dan di dekorasi sesuka hati, meski hanya sang pencipta saja yang bisa mengakses hal tersebut, namun hal itu pasti terdengar gila ditelinga mereka yang tak terbiasa atau tak suka menghayal.

                Orang tua Petter sudah terbiasa melihat anaknya berbicara di dinding sendirian, atau melakukan hal aneh/konyol lainya. Namun kondisi sosial Petter tak bisa menerima keadaanya. Bagi Petter, jauh lebih asik berdiam diri dirumah, menyelesaikan perojek imajinasinya yang belum selesai-selesai ia bangun karena dirinya selalu mendapatkan banyak hambatan, entah itu dari membantu orang tuanya, atau ada keadaan mendesak lain yang harus ia lakukan.

                Ketika Petter sudah mendapatkan suasana yang baik, dirinya akan duduk diam, lalu mulai masuk kedalam pikirannya, ia membangun sirkus besar dalam benakya, menghidupkan beberapa tokoh, dan dirinya berperan sebagai pengunjung. Imajinasiku juga persis seperti Petter, bukan dari segi cerinya, melainkan dari seberapa nyata imajinasi yang kubuat. Terkadang, ketika kita sedang membangun sesuatu cerita atau pemikiran dalam kepala kita, tanpa sadar, pemikiran atau cerita tersebut akan berkembang pesat dengan sendirinya, sedikit sulit untuk dikontrol, membuat kita datang sebagai pihak kedua ketika memasuki cerita/pemikiran dalam kepala kita. Percayalah, bahwa itu sangat menyenangkan dan menakjubkan, namun terkadang, jika terlalu lama didalamnya, itu dapat membuat kepala menjadi panas.

                Petter membuat Sirkus menyenangkan dengan suasana yang sedih dan sedikit suram. Cerita tentang sirkus ini hampir sama seperti cerita sirkus yang ada di filem Matilda. Disitu Matilda juga membuat semacam imajinasi sirkus dengan dua tokoh sepasang suami istri, yang terkenal dengan berbagai trik mematikan, sampai ketika mereka melahirkan seorang anak perempuan, namun semenjak anak perempuan itu lahir, saudara dari ayah anak tersebut ingin mengambil alih sirkus tersebut dengan membunuh anak perempuan dengan kedua orang tuanya. Dan imajinasi sirkus, dengan tokoh utama, si Putri Sirkus memiliki kemiripan yang cukup besar dengan anak perempuan yang ada di imajinasi dunia sirkus dibenak Matilda.

                Purti sirkus itu anggun, vibesnya seperti seorang gadis yang suka nongkrong di bukit pada malam hari, misterius namun sangat menarik, rasanya ingin terus menggali, mengenali perempuan itu jauh lebih dalam. Petter saja, sang pencipta tokoh beberapa kali terpanah oleh kemisteriusan Putri Sirkus.

                 Di akhir-akhir buku. Nasib sang Pria, yang mencari-cari gaya hidup, pada akhirnya dirinya memutuskan untuk hidup sederhana, jalan-jalan sore melihat sungai dan pepohonan, untungnya semesta memberikan seorang perempuan ceria, yang bisa membuat hari-hari pria tersebut tak terlalu membosankan. Menurutku Pria inilah yang disebutkan sebagai Lelaki Penjual Dongeng, karena setiap kali dirinya merenungi diri, renungannya seoalah cerita yang sudah terancang dengan baik sebelumnya, aku bahkan sampai mencoba renungan diri dari Pria tersebut.

                Jika dibandingkan dengan karya Jostein Gaarder yang The Magic Library, aku jauh lebih menikmati dan sengan ketika membaca yang The Magic Library, karena bahasanya yang jauh lebih ringan dan ceritanya yang lucu, karena memang buku itu untuk anak-anak dan remaja. Sedangkan karyanya yang Putri Sirkus dan Lelaki Penjual Dongeng jauh lebih berat dan sangat mengejar-ngejar pikiranku. Memang konsepnya seperti cerita anak, namun Jostein Gaarder memberikan bumbu filsafat yang cuku berat.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Borobudur

Ini sekitar kali ke 4 aku mengunjungi Borobudur. Kali ini aku mengunjung borobudur karena ada kelas sejarah sekaligus arkeologi bersama tema...