Ini merupakan pengalaman yang begitu menantang dan menyenangkan, karena pertama kalinya aku pergi sendirian, tanpa didampingi secara langsung oleh orang dewasa. Meski begitu orang tuaku terus memantauku melalui pesan chat. Sebenarnya Aku pernah pergi ke Madiun sendirian diusiaku yang menginjak 7 tahun, saat itu aku merindukan Ayahku yang berada di Madiun. Posisiku di Jogja saat itu, dan Ibuku tak bisa mengantarkanku ke Madiun karena ada pekerjaan yang ia tak bisa tinggalkan begitu saja. Lalu aku meyakinkan Ibuku bahwa Aku bisa dan berani pergi sendirian. Kejadian itu membuat Aku semakin yakin dan percaya diri untuk pergi ke Ruteng sendirian.
Tujuanku untuk singgah di Ruteng adalah untuk menunggu jadwal kapal yang berlayar menuju Surabaya, sembari menunggu, aku ingin melihat dan berkeliling Ruteng, Kecamatan Ruteng terletak di kabupaten Manggarai provinsi Nusa Tenggara Timur. Berbeda dengan Labuan Bajo, Ruteng jauh dari pantai, Namun dekat dengan pegunungan, yang membuat suhu antara Ruteng dan Labuan Bajo sangat berbeda.
Sekitar jam setengah lima, aku tiba di tempat tinggal temanku, Aku beristirahat dikamar sambil memejamkan mata. Semakin lama bau ikan asin oleh-oleh dari dusun Konggang tercium di semua penjuru ruangan.
Esok harinya, aku dan dua temanku dari Ruteng, memutuskan untuk jalan-jalan sore melihat rumah adat Mbaru Wunut Manggerai ruteng. dan berkunjung ke Gereja Katedral Baru Ruteng. Ruteng berada di ketinggian 1.200 meter dari permukaan laut, maka dari itu udara disini sangat sejuk, suhunya biasa mencapai 24 derajar celcius dan bisa mencapai 15 derajat celcius dimalam hari.
Setiap kali aku melihat rumah yang memiliki kebun luas di depan maupun di belakang rumahnya, aku selalu melihat biji kopi khas Ruteng yang yang bijinya tak tercium jika engkau tak mendekatkan hidungmu kebiji kopi.
Aku melihat satu-satunya rumah adat Mbaru Wunut Di tengah jalan raya, rumahnya besar berwarna putih, namun sayang rumah itu sudah tidak terawat, katanya rumah adat Mbaru Wunut ada banyak di wilayah lain, keluar dari wilayah ruteng tengah, tak bisa ditempuh dengan berjalan kakai, karena jaraknya yang lumayan jauh.
Setelah itu aku melanjutkan perjalanan menuju Gereja Katedral Baru niat awalnya, aku ingin masuk dan memperhatikan setiap ditail bangunan gereja tersebut, namun sanyangnya pada saat itu sedang ada doa bersama didalamnya. Jadi aku hanya dapat berfoto dengan bangunan depannya saja.
Seperti itulah keseruan hari pertamaku di Ruteng. Dan di hari keduaku di Ruteng, aku mengunjungi Patung Santu Paulus-Unika St.Paulus Ruteng dan Kapela (Tempat berdoa bagi umat Katolik). Letak Patung dan Kapela berada di Universitas Katolik Indonesia Santu Paulus Ruteng. Kampus ini sangat luas dan memiliki taman dengan bunga-bunga yang indah, banyak tempat untuk Berdoa, dan disekitar kampus ada banyak sekolah dari kelas satu (1) SMP hinggak kelas tiga (3) SMA, yang katanya sekolah-sekolah itu merupakan sekolah faforit di Ruteng.
Yang lebih menariknya lagi, selama aku tinggal di Ruteng, aku belum pernah mendengarkan suara adzan, jangankan adzan, bahkan aku tidak menemukan masjid disini. Penduduk setempat memang sangat sedikit yang memeluk agama Islam. Kebanyakan, orang-orang yang menganut agama Islam adalah pendatang dari luar dan kebanyakan adalah orang Jawa.
Kunjungan terakhirku diruteng adalah, aku pergi menjelajahi pasar tradisional . Pasar disini seperti pasar pada umumnya di Indonesia, namun disini juga menjual kain khas Manggarai Ruteng. Beberapa penjual makanan ringan yang ketumui rata-rata berasal dari Jawa, aku membeli tempura dan pentol, Aku berkomunikasi menggunakan bahasa Jawa dengan sang penjual.
Setelah empat hari aku berada di Ruteng, aku kembali Kelabuan Bajo dengan mobil travel yang berbeda namun dengan rute yang sama dengan rute perjalanan dari Labuan Bajo menuju Ruteng. Ketika di dalam mobil aku bertemu penumpangnya yang asalnya dari Madura, hemm rupanya ada banyak orang Jawa yang memutuskan untuk tinggal di Ruteng
Tidak ada komentar:
Posting Komentar