Minggu, 18 Agustus 2024

Cerita Mingguku

Setiap hari minggu, aku akan pergi ke Malioboro untuk mengikuti kegiatan afc yang di adakan di TBY (Taman Budaya Yogyakarta) Rumahku berada jauh dari pusat kota Jogja, tepatnya di daerah Perambanan. Ketika tidak ada siapa-siapa yang bisa mengantarku ke TBY, aku akan naik TJ (Trans Jogja) untuk pergi ke TBY.

    Dalam satu bulan aku bisa sekitar 3 sampai 4 kali pergi ke Malioboro, jadi dalam 1 tahun aku bisa sekitar 48 sampai 50 kali mengunjungi malioboro. Jika ditanya aku bosan atau tidak, jawabannya adalah tidak. Dari rumah aku berangkat jam 08.00 dengan menaiki TJ nomer 1A. Di dalam TJ aku akan mendengarkan musik jazz, itu membuat suasana hatiku menjadi jauh lebih senang. Tiba di Maliyoboro tepat pada pukul 09.00, aku turun di halte Taman Pintar, kelas sastra masuk pada puku 10.00 jadi aku punya waktu 1 jam untuk jalan-jalan.

    Waktu satu jam aku pakai untuk masuk kedalam gang yang tak jauh dari pasar Bringharjo, di dalam gang situ terdapat banyak barang antik seperti uang era Soekarno, Keris dan benda aneh dan tua lainnya, aku lebih senang lagi memperhatikan para pedagang saling bergosip tentang turis-turis luar yang datang jalan-jalan di Malioboro dan bapak becak yang menawarkan tumpangan ke siapa saja yang lewat didepannya dengan harga yang berbeda-beda, juga bapak-bapak pedagang yang bermain catur, menawarkan siapa saja untuk bergabung bertanding catur, dan tak jarang turis dari luar negri bergabung bermain bersama mereka, seandainya saja ada yang bermain gaplek, aku akan menawarkan diri untuk bergabung, sayangnya tak ada hanya ada permainan semacam gaplek namun berasal dari Cina.

    Ketika 30 menit lagi kelas akan dimulai, aku akan melewati pasar Bringharjo (Lewat jalan belakang TBY) Sementara itu bau makanan tercium di hidung pekaku, Bau permen gula, susu coklat, cendol dawet, bakso tusuk, otak-otak bakar dan jajanan moderen lainnya tercium kuat, membuat perut memberontak.

    Pukul 10.00 kelas sastra di TBY di mulai. Beginilah kisah setiap mingguku, Dari jam 08.00 sampai jam 12.30, peristiwa yang sama akan selalu terjadi di tiap minggu, sisah waktu aku habiskan waktuku untuk berkencan dengan kasurku. Bagai mana dengan cerita Minggumu?

Senin, 12 Agustus 2024

Ruteng ✨️

Sesudah aku mengunjungi Dusunonggang dan Waerebo, aku melanjutkan perjalananku menuju Ruteng tengah. Dari Labuan Bajo menuju Ruteng tengah membutuhkan waktu sekitar 4 jam menggunakan mobil travel ruteng, namun karena aku yang menggunakan mobil travel, jadi perjalanan yang kutempuh lebih lambat 1 jam, karena memutar dan menurunkan penumpang lain terlebih dahulu.

                Ini merupakan pengalaman yang begitu menantang dan menyenangkan, karena pertama kalinya aku pergi sendirian, tanpa didampingi secara langsung oleh orang dewasa. Meski begitu orang tuaku terus memantauku melalui pesan chat. Sebenarnya Aku pernah pergi ke Madiun sendirian diusiaku yang menginjak 7 tahun, saat itu aku merindukan Ayahku yang berada di Madiun. Posisiku di Jogja saat itu, dan Ibuku tak bisa mengantarkanku ke Madiun karena ada pekerjaan yang ia tak bisa tinggalkan begitu saja. Lalu aku meyakinkan Ibuku bahwa Aku bisa dan berani pergi sendirian. Kejadian itu membuat Aku semakin yakin dan percaya diri untuk pergi ke Ruteng sendirian.

                Tujuanku untuk singgah di Ruteng adalah untuk menunggu jadwal kapal yang berlayar menuju Surabaya, sembari menunggu, aku ingin melihat dan berkeliling Ruteng, Kecamatan Ruteng terletak di kabupaten Manggarai provinsi Nusa Tenggara Timur. Berbeda dengan Labuan Bajo, Ruteng jauh dari pantai, Namun dekat dengan pegunungan, yang membuat suhu antara Ruteng dan Labuan Bajo sangat berbeda.

                Sekitar jam setengah lima, aku tiba di tempat tinggal temanku, Aku beristirahat dikamar sambil memejamkan mata. Semakin lama bau ikan asin oleh-oleh dari dusun Konggang tercium di semua penjuru ruangan.

                Esok harinya, aku dan dua temanku dari Ruteng, memutuskan untuk jalan-jalan sore melihat rumah adat Mbaru Wunut Manggerai ruteng. dan berkunjung ke Gereja Katedral Baru Ruteng. Ruteng berada di ketinggian 1.200 meter dari permukaan laut, maka dari itu udara disini sangat sejuk, suhunya biasa mencapai 24 derajar celcius dan bisa mencapai 15 derajat celcius dimalam hari.

 Setiap kali aku melihat rumah yang memiliki kebun luas di depan maupun di belakang rumahnya, aku selalu melihat biji kopi khas Ruteng yang yang bijinya tak tercium jika engkau tak mendekatkan hidungmu kebiji kopi. 

                Aku melihat satu-satunya rumah adat Mbaru Wunut Di tengah jalan raya, rumahnya besar berwarna putih, namun sayang rumah itu sudah tidak terawat, katanya rumah adat Mbaru Wunut  ada banyak di wilayah lain, keluar dari wilayah ruteng tengah, tak bisa ditempuh dengan berjalan kakai, karena jaraknya yang lumayan jauh.

                Setelah itu aku melanjutkan perjalanan menuju Gereja Katedral Baru niat awalnya, aku ingin masuk dan memperhatikan setiap ditail bangunan gereja tersebut, namun sanyangnya pada saat itu sedang ada doa bersama didalamnya. Jadi aku hanya dapat berfoto dengan bangunan depannya saja.

                Seperti itulah keseruan hari pertamaku di Ruteng. Dan di hari keduaku di Ruteng, aku mengunjungi Patung Santu Paulus-Unika St.Paulus Ruteng dan Kapela (Tempat berdoa bagi umat Katolik). Letak Patung dan Kapela berada di Universitas Katolik Indonesia Santu Paulus Ruteng. Kampus ini sangat luas dan memiliki taman dengan bunga-bunga yang indah, banyak tempat untuk Berdoa, dan disekitar kampus ada banyak sekolah dari kelas satu (1) SMP hinggak kelas tiga (3) SMA, yang katanya sekolah-sekolah itu merupakan sekolah faforit di Ruteng.

                 Yang lebih menariknya lagi, selama aku tinggal di Ruteng, aku belum pernah mendengarkan suara adzan, jangankan adzan, bahkan aku tidak menemukan masjid disini. Penduduk setempat memang sangat sedikit yang memeluk agama Islam. Kebanyakan, orang-orang yang menganut agama Islam adalah pendatang dari luar dan kebanyakan adalah orang Jawa. 

                Kunjungan terakhirku diruteng adalah, aku pergi menjelajahi pasar tradisional . Pasar disini seperti pasar pada umumnya  di Indonesia, namun disini juga menjual kain khas Manggarai Ruteng. Beberapa penjual makanan ringan yang ketumui rata-rata berasal dari Jawa,  aku membeli  tempura dan pentol, Aku berkomunikasi menggunakan bahasa Jawa dengan sang penjual.

                Setelah empat hari aku berada di Ruteng, aku kembali Kelabuan Bajo dengan mobil travel yang berbeda namun dengan rute yang sama dengan rute perjalanan dari Labuan Bajo menuju Ruteng. Ketika di dalam mobil aku bertemu  penumpangnya yang asalnya dari Madura, hemm rupanya  ada banyak orang Jawa yang memutuskan untuk tinggal di Ruteng 

Gunung pertama yang aku taklukkan

Saat tahun 2020, waktu itu menjelang ulang Tahunku entah apa yang merasukiku kalah itu, tiba- tiba terlintas ide untuk meminta kado ulang tahun mendaki gunung kepada kedua orang tuaku, saat itu ayah menawarkankanku untuk uji coba dengan gunung yang mudah dulu, saat itu ayah menawarkan gununung Andong yang letaknya masih di sekitaran pulau jawa dan gunung yang  cocok untuk pemula. 

    Namun Tuhan berkata lain, jalanku semakin dimudahkan untuk menuju gunung yang menjadi incaran para pendaki, yakni Gunung Rinjani. Rinjani menjadi gunjng pertamaku. Karena ini merupakan pengalaman pendakian pertamaku dengan medan yang cukup berat, ayahku memutuskan untuk ikut serta, selain itu pemandu yang mendampingiku juga tidak bersedia jika akau tanpa dampingan orang tua, karena waktu itu usiaku baru 8 tahun dan ini pendakian pertama, ditambah lagi dengan rute yang terkenal cukup panjang dan rumit. 

    Menjelang keberangkatan pendakian aku hanya fokus dengan mental dan fisikku saja, semua keperluan pendakian dan admistrasi transpor ayahku serahkan ke agen  yang biasa mendampingi para pendaki  menuju Rinjani. Dengan riset singkat aku dan ayahku menmukan sagu agen yang kebegulan lokasinya di Yogja juga, dari profil sosial medianya kami yakin memilih agen ini karen sudah banyak riviu klien  yang di antarkannya dengan sukses menuju punjak rinjani baik pendaki lokal maupun luar neggeri.

    Tiba lah saat keberangkatan, dalam.perjalanan ini bukan hanya aku dan ayahku, ada beberapa pendaki lain  yang berangkat bersama kami,  kami berkumpul di stasiun Lempuyangan  Jogja, kami   Naik kereta api sritanjung  dari stasiun lempuyangan ke stasiun ketapang banyuwangi, setelah turun dari kereta api, jalan keluar sebentar untuk membeli tiket kapal dari pelabuhan ketapang ke pelabuhan gilimanuk bali, setelah sampai bali pelabuhan gilimanuk, kita melanjutkan perjalanan dengan naik bus menuju ke pelabuhan lembar, setelah tiba di pelabuhan lembar, kita naik kapal Laut  lagi menyebrang ke pelabuhan padang bay Lombok. Lalu setelah turun di pelabuhan padang bay di pagi hari, kita di jemput mobil menuju ke bashcamp.

Gunung Rinjani terletak di antara Lombok Timur, Lombok Tengah, dan Lombok Utara dengan ketinggian gunungnya yang mencapai 3.726 mdpl (Meter di atas permukaan laut). Ketika itu akunaik lewat jalur Sembalun dan turun lewat jalur Sembalun lagi, waktu yang ditempuh untuk menaklukan gunung rinjani adalah 3 hari 2 malam.

    Langkah kecil mulai aku jalankan, bersama Ayah dan teman-teman baru dari open trip, dengan bangga juga aku memperkenalakn sepatu baruku kepada batu dan rerumputan. Disini ada ojek, namun ojek motor hanya bisa menjangkau sampai pos dua, dan anda perlu mengeluarkan uang sekitar          Rp. 150.000 hanya untuk menaiki ojek yang rutenya juga tidak terlalu jauh.

Aku berkunjung di musim kemarau, jadi savana disini berwarna coklat muda dan tua. Ada empat pos peristirahatan di Rinjani dengan Jarak yang berjauhan. Aku begitu menkmati setiap langkahku, memperhatikan pemandangan alam yang begitu menakjubkan, membuatku lupa untuk berfoto di setiap pemandangannya.

Ketika Aku dan Rombonganku tiba di pos 4, pos terakhir, disini banyak monyet liar, membuat kita harus lebih berhati-hati, karne monyet-monyet itu memiliki tangan yang begitu lincah, dengan cepat akan merampas barang yang kita bawa, terutama makanan, kamera, hp juga benda lainnya yang dapat mencuri perhatian para monyet.

Dari pos 4 kita akan menaiki bukit penyesalan, bukit itu benar-benar membuatku ber refleksi akan kehidupanku, rintik-rintik hujan semakan mempiluka suasana, jalanan yang curam dan pandanganku yang terganggu karena tertutup topi dan jas hujan, semua suasana itu membuat perasaanku semakin tegang untuk menuju puncak . 

Setelah melewati pos empat, tak jauh dari situ, terlihat banyak tenda, tempat berkemah, dibawahnya tepat tedapat sungai, tapi sayangnya jalur menuju sungai longsor, jadi tak sembarangan oreng bisa kesungai. Aku dan timku beristirahat di tenda masing-masing sampai menungu puku 01.00 pagi .

Pukul 01.00 kami semua bangun, sarapan roti kukus lalu bersiap untuk summit. Keadaanku saat itu sangat buruk, masih sangat mengantuk dan langsung lesu ketika aku harus berjalan sekitar 7 jam, jalanan yang berpasir semakin menbuat moodku meletup letup, antara marah dan sebal. Bagai mana tidak, melangkah sekali turun dua kali (Karena jalan penuh dengan pasir, itu membuat langkah kita selalu tergelincir, tenggelam hanyut didalam tanah dan hal buruk tak mengenakkan lainnya). Kondisi ini membuatku jalan sambil tertidur dan tak lupa aku meneteskan air mata, karena telah muak dengan semua kondisi yang aku alami ini, Ayahku hanya tertawa dan menuntunku terus menuju puncak.

Ketika aku tiba di puncak, perasaan bahagia dan bangga menguasaiku, tak bisa aku menangis karena airmataku sudah terkuras habis di perjalanan. Dipuncak aku terus menatapi awan, menikmatinya, begitu indah, hapir aku mengira aku sedang berada di surga.

Setelah puas berfoto di puncang, aku dan rombanganku turun kembali ke tenda, beristirahat selama yang kami mau, lalu turun dengan jalur yang sama. Turun gunung jauh lebih cepat dibandingkan naik gunung, tak terlalu melelahkan, hanya jika kita terlalu terburu-buru saat turun dan kaki kita tak terbiasa, kita bisa merasakan keram.

    Untuk kembali ke Jogja, aku menggunakan rute yang sama, aku dan ayahku memilih jalur laut karena jauh lebih murah dibandingkan dengan pesawat, selain itu pemandangan di laut juga sangat indah, lumayan untuk menambah koleksi foto.

Borobudur

Ini sekitar kali ke 4 aku mengunjungi Borobudur. Kali ini aku mengunjung borobudur karena ada kelas sejarah sekaligus arkeologi bersama tema...