Rabu, 26 Juni 2024

Ringkasan ceritaku di Nepal dari buku yang aku tulis: Langkah Kaki πŸ‘£


Untuk pertama kalinya aku pergi keluar negeri, dan tujuanku untuk pergi sejenak dari negara tercintaku Indonesia, adalah mendaki gunung Annapurna. Seperti yang kalian ketahui gunung Annapurna terletak dinegara Nepal, salah satu negara yang ingin saya kunjungi. Namun untuk saat ini aku belum mendapatkan kesempatan untuk mendaki sampai puncak Annapurna,  kali ini aku baru mencapai Annapurna Base Camp yang tingginya 4.130 m. "Dada Jogja dan indonesia" kata terakhirku ketika aku mulai menaiki pesawat yang menuju Malaysia. Di pesawat, kubayangkan aku menjelajahi setiap tempat ajaib di dunia, dan aku yakin di setiap negara memiliki keajaibannya sendiri. Dulu ketika umurku tuju tahun , aku suka membuat mimpiku sendiri, aku tau itu terdengar agak gila, namun percayalah hal itu sangat menakjubkan. aku biasa bermimpi diriku mengelilingi bukit, laut dan pegunungan yang ada didunia, namun aku tak yakin pasti apa yang aku buat dalam alam bawah sadarku itu, ada nyata didunia nyata. 
Sangking asiknya aku berhalusinasi, tak terasa pesawat sudah mendarat di bandara. Pasporku pun dicek. Di Malaysia kami hanya transit beberapa jam. Sedikit memberi bocoran, bahwa, saya salah satu yang palig muda diantara orang-orang lain yang ikut karena umurku saat itu masih berusia sebelas tahun (kini umurku dua belas tahun). Bahkan hampir semua tim  kupanggil "om dan tante", namun ada satu orang yang aku panggl "kak" karena usianya yang masih dua puluhan.  Mereka aku sebutkan sebagai teman disini, karena dalam perjalanan aku merasa setara dengan mereka seperti layaknya seorang teman . Meski terkadang memang aku harus diperlakukan sebagai anak kecil dalam situasi tertentu.
           Kami pun duduk menepi, mencengangkan sambil membuat lelucon dewasa yang aku tak tau apa maksutnya, jadi kuhadirkan saja senyum kekanak-kanakanku (karena memang aku masih anak-anak). Setelah lama menunggu, akirnya kami melanjutkan perjalanan, sementara kepalaku terus membuat banyak imajinasi yang seolah-olah semua itu :


Rumah bagi Gunung Everest dan delapan dari sepuluh puncak tertinggi di dunia:
2 Mei 2023 akhirnya aku menginjakkan kakiku ke tanah Nepal, ketika itu aku tak tau pasti emosi apa yang aku rasakan, karena tak lama botol minumku hilang ditengah waktu, karena tangan dan mataku lalai tak memperhatikan barang bawaan yang aku bawa (Saat itu bawaan barangku begitu banyak , aku malu saat mengingatnya, karena aku terlihat seperti ibu-ibu pasar yang kerempong dengan belanjaanya sendiri). Aku mencoba menghilangkan ekspresi malu itu, namun semua itu percuma, alhasil mukaku terlihat seperti monster kecil menyebalkan di foto. Kamipun beristirahat di salah satu hotel di kota Kathmandu. Tak lama kami beristirahat di kota ini, hanya sehari saja. Kota Kathmandu kota yang ramai dan penuh kasih, itu pandangan pertamaku, untuk berbaur dengan orang-orang disini sangat mudah, terutama dengan para penjual, yang membuat aku senang karena sering dapat diskon, disini semua serba murah, uang lima ribu saja aku sudah bisa mendapatkan dua coklat kit ket (Dengan ukuran sedang). Baju, dompet, jaket dan perlengkapan gunung disini juga cenderung sangat murah, namun untuk para perempuan, pembalut disini sangat mahal, sekitar 30-40 ribu. saya berasumsi mungkin banyak perempuan di Kathmandu menggunakan pembalut kain. selain itu aku juga mengunjungi satu kuil kecil yang ramai diisi dengan anak-anak sekolah, kuil itu indah, berkeliling dengan patung Dewa Dewi, sementara burung merpati berterbangan kesana kemari. 
Kami meninggalkan Kathmandu dengan berat hati, melanjutkan ke kota lainnya yaitu Pokhara, kota ini jauh lebih rapi dibandingkan Kathmandu dan hotel tempat kami menginap juga jauh lebih bagus dibandingkan hotel sebelumnya. Paginya di hotel Pokhara. Kami sarapan dilobi hotel. aku hanya makan sereal dan roti, ini ketiga kalinya aku mencoba susu Yak, (dua kali aku mencoba di hotel Kathmandu) Yak adalah hewan sejinis sapi, yang banyak ditemukan di Tibet dan wilayah sekitar Himalaya di Asia tengah. Sejauh ini, susu Yak adalah susu murni kesukaanku. Hari ini kami langsung mendaki. Pagi itu kami semua melanjutkan perjalanan menaiki bis. Dijalan beberapa kali saya bertemu dengan mobil pengantin yang begitu meriah dekorasinya dengan berbagi jinis bunga dan warna. 


Mulai mendaki:
Sesampainya dijalan pendakian, kami turun dan menggendong tas kecil kami, sementara tas besar dibawa oleh porter. kulihat para porter itu membawa tiga sampai empat keril berisi baju tebal, bahkan peralatan masak dan perlengkapan lainnya yang tak kalah berat, "Jika memang mereka sanggup membawa barang-barang seberat itu, maka aku yakin mereka dapat melewati rintangan hidup mereka dengan mudah" batinku kagum . 
Berjam-jam kami tempuh, sementara kaki terus melangkah menaiki tangga batu yang tak terlalu beraturan. Sebagai seorang pendaki, aku paling membenci tangga dijalanan gunung, bukannya mempermudah malah mempersulit, namun di sini juga banyak warga yang tinggal, bahkan kita masih bisa melihat ladang gandum dan tempat ibadah yang indah, ayam, keledai dan kuda juga terkadang riwa-riwi didepan kami, ini perkampungan di kaki betis gunung. 
       Ketika sore tiba, kami sampai dipenginapan pertama. penginapan ini seperti rumah biasa dengan kamar yang banyak. jadi sepanjang pendakian nanti, kita tidak akan tidur di tendan, melainkan di kamar biasa, karena jika kita tidur ditenda, kemungkinan mati kedinginannya sangatlah besar. 
Malam harinya semu berkumpul untuk makan, perutku sangat menyambut penuh gembira ketika aku mulai mengunyah pizza. Candaan pun dimulai, kami juga memainkan permainan, dimana kami harus melakukan apa yang tertulis dalam lipatan kertas, masing-masing telah mendapatkan kertas mereka, dan hasilnya, ada yang mendapatkan tantangan untuk bernyanyi, menari sampai tiba giliranku dimana aku harus push up sekitar 20 kali, namun orang-orang dewasa itu menyuruhku untuk push up 10 kali saja. Terkadang menjadi anak kecil memang menyenangkan.
Aku terus mendaki, sekali-kali aku mengeluh, namun kurasakan alam semesta mendukungku untuk terus berjalan maju, ini gunung tertinggiku dan terlelah sejauh ini, terkadang aku juga berpisah dengan rombonganku, kami semua berpencar, tak jarang aku berjalan sendirian, membuatku banyak mengobrol dengan tumbuhan sekitar, dan serangga kecil yang selalu membuntutiku, itu hiburan terbaik sejauh ini. bahkan aku sempat bernyanyi bersama pohon-pohon disekitarku, namun itu semua aku lakukan ketika aku benar-benar sendiri, agar aku tak di cap sebagai pendaki gila. Berbicara dengan mahlukhidup lain selain manusia sudah sering aku lakukan semenjak aku berumur lima tahun, jadi menurutku itu hal yang normal. 
Tiga hari telah berlalu dan aku masih belum merasakan kedamaian yang dapat membuat diriku berada diduniaku sendiri, namun... ketika aku dan lainnya meninggalkan penginapan terakir (Penginapan terkir untuk mendaki menuju Annapurna Base Camp) dijalan, aku melewati sungai deras dan jalan yang dipenuhi dengan perbatuan, disitulah aku merasakan pandanganku mulai kabur. seolah aku habis menghabisan banyak minuman keras. meski begitu aku dapat berbicara dengan orang lain, meski tak nampak jelas wujut mukanya, namun aku mengingat betul nada suara mereka. 
Kala itu aku seolah berjalan sendiri, terus mendaki, hanya mendengar suara bising orang yang tak tampak wujutnya, yang makin lama suara itu memudar lalu tersisa aku seorang. berjalan, mendengarkan tutur gunung, "Teruslah mendaki. Jalan perlahan, nikmati apa yang matamu pandang, jalan terus sesekali beristirahat, mengikuti jalan yang tak setabil, kadang tanjakan, kadang turunan, seperti hidup, tak dapat diprediksi dengan jelas, engkau mengetahuinya setelah kau melewatinya. hidup tak selalu tentang kejayaan, tak harus berjalan lurus, tak selamanya tentang kebahagiaan. Jika memang hidupmu selalu begitu, berarti Tuhan tak memberimu pelajaran kasihnya, mengenai cobaan dan rintangan yang datang dalam naskahmu". Aku berguru kepada gunung. 
Tanpa sadar aku telah melewati jalan yang depenuhi salju, lalu terlihat banyak tempat penginapan dan bau pizza keju mulai tercium "Akhirnya aku tiba di Annapurna Base Camp!" Kami menaruh barang kami dikamar masing-masing lalu berkumpul untuk makan malam bersama. ketika itu sudah jam enam sore, bulan sudah nampak memantulkan cahaya ke bentangan salju, membuat semua berbinar, dan mataku terpaku kagum padanya.
Kami menyantap semua makanan dengan lahap, setelah itu aku menelpon orang tuaku dan adikku untuk menunjukkan betapa ramah alam disini. jam delapan malam, semua bergegas tidur dikasur beku masing-masing. Mataku terpejam cepat dipuluk angin malam. Sementara aku tertidur lelap seiring menipisnya oksigen, tubuhku telah mengatur semuanya dengan stabil. sedangkan dua teman kehilangan nafas, menghirup udara dengan rasa panik, dan aku terjaga dalam mimpi, tak menyadari tragedi ini. Namun, syukurnya mereka dibantu orang lokal untuk bernafas seperti biasa lagi. Ketika semua telah setabil, aku terbangun di jam satu pagi, kubuka tirai jendela, lalu bulan menyambutku ramah. Tak ada yang dipeluk gelapnya malam.
  Paginya usai sarapan, kami melanjutkan perjalanan untuk turun gunung. Tigahari untuk mencapai beas cam Annapurna dan dua hari untuk turun gunung. Perjalanan turun gunung, aku terus bercengkrama dengan alam, sesekali aku bergurau dengan kuda yang tertinggal dari rombongannya. Ketika turun gunung semua berpencar, berjalan sendiri. Sedangkan aku masih terus diikuti serangga kecil yang entah apa jinisnya. 
         Penginapan terakhir didekat jembatan panjang, aku melepas lelahku, tertidur diselimuti angin malam yang selalu membuatku menggigil, meski aku telah menutupi diriku dengan jaket, selimut dan baju tebal yang aku miliki. Paginya kami melanjutkan turun, hanya perlu waktu sekitar satu jam saja untuk sampai kebawah. Setelah sampai di bawah, kami lanjutkan menaiki bis sampai Pokhara.


Perjalanan kembali ketanah air:
Di Pokhara kami menginap di hotel yang sama ketika kami datang menuju gunung Annapurna. Namun kami tiba di hotel ini diwaktu sore hari jadi kami menaruh barang di hotel laulu berpencar lagi menjelajahi tempat di sekitar hotel. 
          Tak jauh dari hotel, terdapat sungai. Aku dan satu orang yang ikut pendakian. Menunggu matahari tenggelam sambil menyantap es krim dan mendengar instrumen pinggir jalan. Lalu malamnya, aku mengunjungi warung yang menjual minuman loka, aku beli satu untuk kubawa pulang, lalu setelah itu kembali ke hotel untuk beristirahat.
           Besok paginya kami sarapan lalu mengangkut kembali ke Kathmandu. Tak lama setelah di kathmandupun kami terbang kembali ke Indonesia dengan membawa segudang cerita.

Terimakasih telah membaca ceritaku 🫢🏽 semoga hari kalian dipenuhi keajaiban ✨ sampai jumpa di cerita lainnya! <3

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Borobudur

Ini sekitar kali ke 4 aku mengunjungi Borobudur. Kali ini aku mengunjung borobudur karena ada kelas sejarah sekaligus arkeologi bersama tema...