Jumat, 13 Juni 2025

Borobudur

Ini sekitar kali ke 4 aku mengunjungi Borobudur. Kali ini aku mengunjung borobudur karena ada kelas sejarah sekaligus arkeologi bersama teman-teman kelasku. Kami tidak belajar mandiri, namun dipandu dengan seorang kakak lulusan ugm sejarah yang membantu menjelaskan menganai kisah borobudur Asal-Usul Candi Borobudur Candi Borobudur dibangun pada masa pemerintahan Dinasti Syailendra sekitar abad ke-8 hingga ke-9 Masehi, tepatnya diperkirakan antara tahun 780 hingga 840 M. Dinasti Syailendra adalah kerajaan Buddha Mahayana yang kuat di Nusantara, dan mereka dikenal sebagai patron seni dan agama. Borobudur adalah perwujudan dari cita-cita spiritual dan kemegahan budaya yang mereka miliki. Letaknya yang strategis di antara dua gunung berapi (Merapi dan Merbabu) dan dua sungai (Progo dan Elo), menunjukkan pemilihan lokasi yang sangat simbolis dan spiritual. Dalam kepercayaan Jawa Kuno, letak semacam itu diyakini memiliki kekuatan kosmologis. Nama "Borobudur" sendiri masih jadi misteri. Ada yang bilang berasal dari kata "Vihara Buddha Uhr" (Biara Buddha di atas bukit), ada juga yang percaya nama itu diambil dari desa terdekat, Bore atau Boro. Namun yang pasti, Borobudur menjadi penanda penting bagi umat Buddha sebagai tempat ziarah dan meditasi. Struktur dan Makna Arsitektur Candi Borobudur dibangun dengan gaya mandala, simbol alam semesta dalam ajaran Buddha. Terdiri dari tiga tingkatan utama yang merepresentasikan tiga tahapan kehidupan dalam ajaran Buddha: Kamadhatu – Dunia keinginan dan nafsu. Di bagian ini, terdapat relief yang menggambarkan hukum karma dan kehidupan manusia yang masih terikat oleh hawa nafsu. Rupadhatu – Dunia bentuk, tempat manusia mulai meninggalkan hawa nafsu dan mulai mencari pencerahan. Di sini terdapat ratusan patung Buddha dan relief cerita Jataka (kisah kehidupan Buddha sebelumnya). Arupadhatu – Dunia tanpa bentuk, simbol dari pencerahan tertinggi. Pada bagian puncaknya terdapat 72 stupa berlubang dengan patung Buddha di dalamnya dan satu stupa besar di tengah, melambangkan Nirwana. Secara keseluruhan, candi ini memiliki 2.672 panel relief dan 504 arca Buddha, menjadikannya kompleks relief Buddha terlengkap dan terbesar di dunia. Namun sayang, beberapa arca ada yang di ambil dan ada juga yang rusak. Siapa yang Pertama Kali Menemukan Borobudur? Setelah kejayaan Dinasti Syailendra meredup dan pengaruh Hindu-Islam mulai mendominasi Jawa, Borobudur terkubur oleh abu vulkanik dan tertutup vegetasi. Ratusan tahun candi ini hilang dari peradaban, hingga ditemukan kembali pada abad ke-19. Orang pertama yang “menemukan” kembali Borobudur adalah Sir Thomas Stamford Raffles, Gubernur Jenderal Inggris di Jawa saat itu (1811–1816). Ia mendapat laporan dari penduduk lokal tentang sebuah "gunung" yang penuh batu-batu kuno. Raffles lalu mengirim tim, termasuk seorang insinyur Belanda bernama H.C. Cornelius, untuk menyelidikinya. Penggalian dimulai, dan perlahan candi raksasa itu terungkap dari balik hutan lebat dan tanah. Meski Raffles bukan yang pertama secara fisik melihatnya, ia punya peran besar dalam memperkenalkan Borobudur ke dunia. Restorasi Besar-Besaran Sejak ditemukan kembali, Borobudur mengalami berbagai upaya penyelamatan dan restorasi. Restorasi besar-besaran dilakukan oleh pemerintah Indonesia dan UNESCO antara tahun 1975–1982. Dalam proyek ini, lebih dari dua juta batu dipindahkan, diperiksa, dan dipasang ulang. Pada tahun 1991, Borobudur resmi masuk dalam daftar Situs Warisan Dunia UNESCO. Sejak itu, popularitasnya terus meningkat dan menjadi magnet wisata spiritual, sejarah, dan budaya. Fakta Menarik tentang Borobudur Nah, sekarang kita masuk ke bagian seru! Banyak hal menarik yang mungkin belum kamu tahu tentang Borobudur. Yuk, kita simak: Tidak Menggunakan Semen Borobudur dibangun tanpa semen atau bahan perekat. Batu-batunya disusun seperti puzzle raksasa, dengan teknik kunci antar batu yang sangat presisi. Relief Terpanjang di Dunia Total panjang relief Borobudur mencapai sekitar 5 kilometer! Itu menjadikannya koleksi narasi visual paling lengkap dalam sejarah arsitektur Buddha. Menghadapi Timur Pintu masuk utama Borobudur menghadap ke arah timur, tempat matahari terbit. Ini melambangkan awal kehidupan dan pencerahan spiritual. Stupa Utama Masih Misterius Stupa utama di puncak candi tidak memiliki patung Buddha di dalamnya. Ada yang bilang ini simbol kekosongan (Sunyata), ada juga yang berspekulasi pernah ada arca di dalamnya tapi hilang. Tata Letak Sesuai Kosmologi Borobudur bukan hanya candi, tapi juga peta alam semesta versi Buddha. Tata letaknya mencerminkan perjalanan spiritual menuju pencerahan. Takhayul dan Mitos Borobudur Tak lengkap rasanya bicara soal situs kuno tanpa menyentuh sisi mistisnya. Borobudur juga punya segudang mitos dan takhayul yang dipercaya oleh masyarakat lokal maupun para pengunjung. Stupa yang Bisa Mengabulkan Permintaan Banyak wisatawan percaya kalau kamu bisa menyentuh patung Buddha di dalam stupa berlubang sambil memejamkan mata dan mengucap permohonan, maka keinginanmu akan terkabul. Mitos ini membuat beberapa orang nekat memasukkan tangan ke dalam stupa—padahal sekarang sudah dilarang demi pelestarian. Kutukan Pengambil Artefak Beberapa orang yang pernah mencuri atau mengambil batu, patung, atau bagian dari Borobudur untuk dibawa pulang mengalami nasib buruk. Ada kisah bahwa mereka sakit parah, bangkrut, atau mengalami kecelakaan. Banyak yang akhirnya mengembalikan barang curian mereka ke otoritas candi. Bahkan ada yang mengirim balik lewat pos! Borobudur dan Ramalan Kiamat Ada mitos bahwa Borobudur akan runtuh ketika dunia mendekati kiamat. Ini mungkin lahir dari cerita rakyat tentang letusan dahsyat Gunung Merapi yang pernah nyaris menghancurkan Borobudur. Suara Gaib dan Bayangan Misterius Beberapa petugas malam di Borobudur mengaku mendengar suara gamelan atau bayangan sosok berjubah seperti biksu yang muncul lalu menghilang. Apakah ini roh para biksu zaman dulu atau sekadar ilusi? Hanya mereka yang berjaga malam yang tahu jawabannya. Kurang lebih cerita itu lah yang aku catat ketika mentorku menceritakan mengenai sejarah Borobudur. Sayang ketika itu aku tidak ikut serta naik ke candi borobudurnya.

Sabtu, 18 Januari 2025

Abu-abu tua

Manusia yang di lahirkan di bumi ini, secara sadar atau tak sadar pasti memiliki keinginan atau tujuan dalam hidupnya. Ketika usiaku 10 tahun, aku sempat memikirkan mengapa aku terlahir sebagai manusia, mengapa Tuhan tidak menciptakanku sebagi burung atau kuda. Menjadi binatang kurasa jauh lebih baik di bandingkan menjadi manusia. Manusia terlalu ribet, terlalu banyak aturan dan setandar diri untuk hidup di suatu lingkungan tertentu, itu membuatku kelelahan, mengejar apa yang di inginkan, kesempatan, waktu beraksi, dan umur. Itu pikiranku dulu. Lalu di umaur 12 aku baru menyadari, bahwa Tuhan pasti memiliki rencana bagi setiap hambanya yang lahir di dunia ini.

Namun jalan setapakku tak begitu rapi, tak terlihat jelas, membuatku melangkah begitu saja, tanpa rasa dan tujuan yang jelas. Mencari sesuatu hal yang sangat di sukai ternya tak semudah yang aku bayangkan, aku belum menemukan bidang yang membuatku begitu senang dan terus ku kulik selain menulis, (Menulis dengan sesuka hati.) Namun tujuan hidupku yang paling lama dan yang selalu tercetus dalam benak adalah, keliling dunia menjadi seorang backpacker muda, menuliskan perjalananku, hidup dari travel blogger. Untuk mencapai keinginanku aku ingin mendaftar asean scholarship for Indonesa. Di situ aku akan memaksimalkan, untuk belajar dari hal kecil hingga yang besar di sana. Jika hal ini tidak tercapai, aku tak tau lagi akan melangkah ke arah mana, itu adalah satu-satunya keinginan dan harapanku, SMA di luar negri, yang kurikulum dan lingkungan sosialnya jauh lebih baik dari Indonesia.


Pernahkah kalian membayangkan menjadi seseorang yang bebas menjelajah dunia, seperti Eric Weiner, penulis buku-buku perjalanan yang menginspirasi? Berkelana dari satu negara ke negara lain, mengumpulkan cerita, pengalaman, dan keajaiban dunia, lalu menjadikannya buku yang mengubah cara orang memandang kehidupan? aku sering memimpikan itu. Dalam imajinasiku. Disetiap malam. Bayangkan perjalanan dimulai dari Nepal. Negara luar kedua yang pernah aku kunjungi, membuatku tersadar bahwa dunia ini benar-benar luas. Aku berada di Kathmandu, berjalan melewati gang-gang sempit yang penuh warna, suara, dan aroma khas. Kuil-kuil berdiri megah di antara hiruk pikuk kehidupan sehari-hari. Aku duduk di sudut kecil sebuah kedai teh, berbincang dengan seorang biksu tua yang wajahnya penuh ketenangan. Dari pembicaraan singkat itu, aku belajar tentang arti keheningan, sesuatu yang jarang aku temui dalam kehidupan yang penuh riuh ini. Di sore hari, aku akan berjalan kaki mengelilingi kota, mencatat pengalaman-pengalaman ini dalam buku jurnal. Setiap kata pasti akan mengalir begitu saja, seperti sungai yang tak terbendung. 

Selanjutnya, aku akan melangkah ke Afrika Utara, menuju Maroko. Di pasar-pasar Marrakech, Aku menemukan energi yang berbeda. Bau rempah-rempah bercampur dengan wangi kulit yang diproses di tanneries tradisional. Aku berbaur dengan pedagang lokal, mendengar cerita mereka tentang kehidupan, mimpi, dan keluarga. Malamnya, di hostel sederhana, aku menulis sambil mendengarkan suara riuh rendah kehidupan di luar. Aku merasa kecil di tengah keramaian ini, tetapi justru dari kesederhanaan inilah aku menemukan makna—bahwa kebahagiaan bisa datang dari hal-hal yang begitu biasa, seperti secangkir teh mint atau tawa anak-anak di gang kecil. 

Dari Maroko, imajinasiku membawaku ke Peru. Aku mendaki Machu Picchu, menginjakkan kaki di jalanan yang pernah dilalui orang-orang Inca ribuan tahun lalu. aku berdiri di puncak, menyaksikan matahari terbit dengan keheningan yang jernih. Dalam jurnal aku menulis bahwa pengalaman itu pengingat, manusia hanyalah bagian kecil dari keajaiban besar alam semesta. Perjalanan terus berlanjut. Islandia menjadi pemberhentian berikutnya, di mana aku menyaksikan aurora borealis yang seolah menari di langit malam. Cahaya itu mengingatkan aku pada betapa luar biasa dunia ini, dan bagaimana dengan segala keterbatasanku, bisa menjadi saksi dari keindahan yang tak terlukiskan. Dan aku akan mewujutkan mimpiku untuk mengelilingi benua Eropa, mencari fakta kecil bersinarnya negara eropa pusat awal mulanya peradaban moderen terjadi, membuat eropa menjadi wilayah yang megah dan maju. Negara-negara di dalamnya menjadi contoh juga patokan bagi negara-negara lain terutama bagi Asia.

Di umur 19 tahun, aku ingin kuliah di UK atau Australia, mengambil jurusan hubangan Internasional atau sastra Inggris, lalu mencari tempat atau media berita disana, seperti Mojok, untuk menawarkan diri untuk menulis di media tersebut. Di umur 22 atau 23 aku akan menjadi backpacker seperti Agustinus Wibowo, juga tinggal selama satu tahun entah di negara mana untuk mengarang sebuah buku layaknya Jostein Gaarder. Aku berdoa dan memohon kepada tuan, agar kakiku tetap terus melangkah dengan membawa kebaikan bagi sekitar.

Senin, 30 Desember 2024

Satusama

Aku mengunjungi dusun Krecek karena mengikuti kegiatan live-in perdamaian dengan komunitas Aman, Jadi aku berkegiatan di dusun ini tidak sendiri tapi bersama rombongan lain. Pembagian rumah inap kita diatur oleh agama yang kita percayai, seperti bagi yang muslim menginap di desa yang 99% warganya menganut agama budha, dan bagi peserta yang beragama kristen akan tingal di desa yang mayoritas agamanya Islam dan Kristen.

      Setiap rumah di dusun krecek memiliki hewan peliharaan anjing, yang menariknya lagi beberapa anjing-anjing tersebut datang dari luar kota, menurut beberapa cerita warga setempat, anjing peliharaan mereka yang berasal dari semarang atau jakarta. ketika mereka mengunjungi kota-kota tertentu, mereka mengadopsi anjing dari kota tersebut, membuat anjing-anjing yang berkeliaran di dusun krecek memiliki campuran jinis ras.

      Dusun Krecek, terletak di Desa Getas, Kecamatan Kaloran, Kabupaten Temanggung, Jawa Tengah, merupakan sebuah komunitas unik yang mayoritas penduduknya menganut agama Buddha. Keberadaan dusun ini mencerminkan harmoni antara tradisi Jawa dan ajaran Buddha, menciptakan suasana yang damai dan asri. Salah satu ciri khas Dusun Krecek adalah adanya altar puja di hampir setiap rumah warga. Altar ini digunakan untuk penghormatan kepada Buddha, Dhamma, dan Sangha setiap pagi dan sore hari. Tradisi ini tidak hanya memperkuat spiritualitas warga, tetapi juga menambah keunikan visual dusun dengan aroma dupa yang harum mengisi udara. 

      Yang aku kagumi lagi, warga setempat lebih mempercayai Siddharta Gautama sebagai guru besar, bukan tuhan, hal ini menambah wawasanku, bahwa ternyata setiap orang memiliki kepercayaan masing-masing dalam memandang agama mereka.

     Disini aku juga mendapatkan kelas sesajen, dimana kami diceritakan mengenai arti dari setiap sesajen. Umumnya sesajen adalah persembahan, untuk mengungkapkan maaf atau mengisyaratkan perdamaian untuk para mahlukhidup lainnya, contoh sederhana yang di berikan oleh mbah Sukoyo adalah, semisal kita sedang berkebun, saat mencangkul tanah kita tidak sengaja merusak rumah semut, atau mengganggu dan membuat mahluk lelembut merasa tidak nyaman, maka sesajen itu lah tanda kita meminta maaf. Makanan yang disajikan sendiri bebas, yang penting hati kita iklas memberika sesajen tersebut.

     Keunikan lain dari dusun ini adalah keberadaan Air Terjun Krecek atau Curug Pertapan, yang terletak sekitar 500 meter dari pemukiman warga. Air terjun ini menjadi daya tarik wisata alam yang menawarkan suasana tenang, cocok untuk meditasi atau sekadar melepas penat. Lingkungan sekitar yang didominasi pohon bambu pethung menambah kesejukan dan keasrian tempat ini. Beberapa orang memang menjadikan tempat ini sebagai tempat untuk bertapa, suara angin dan gemericik deras air terjun membuat suasana menjadi begitu tenang.

      Meskipun mayoritas penduduknya beragama Buddha, Dusun Krecek menjalin hubungan harmonis dengan komunitas sekitarnya yang berbeda keyakinan. Tradisi Nyadran, misalnya, dilakukan bersama dengan warga Dusun Gletuk yang mayoritas Muslim dan Kristen sebagai simbol perdamaian dan toleransi antar umat beragama. Tradisi ini paling sering delakukan di pengunjung akhir tahun, bertepatan dengan hari Natal, dimana satu warga desa akan berkumpul dan makan bersama. Setiap keluarga/rumah akan memasak makanannya masing-masing, dan memang ayam kampung menjadi salah satu hidangan utama, kebanyakan warga menggunakan satu ayam kampung utuh yang tentu harganya cukup mahal, belum lagi menyiapkan hidangan lainnya, seperti manisan, rendang, tumis ikan dan lain-lain. Tentu perempuan yang menyiapkan semua masakan ini, jika ada hidangan yang kurang, terkadang para ibu-ibu harus ngutang belanjaan di warung. Dari Informasi yang aku dapatkan, ada seorang ibu yang harus ngutang sebanyak 3 juta rupiah untuk seluruh hidangan nyadrannya. 

     Dijam-jam istirahat, aku suka menghabiskan waktuku dengan membaca buku sambil menikmati kebun kopi yang mengitari rumah inapku (Dusun Krecek ini juga penghasil kopi robusta) tidak seperti ketika aku mengunjungi kota Ruteng, aku tidak mendengarkan suara azan disana, jadi cukup sulit mengetahui kapan waktu yang tepat untuk melaksanakn ibadah sholat, namun di dusun krecek ini aku masih bisa mendengar suara azan dari dusun atas, hanya saja memang harus berhati-hati sholat disini karena setiap rumah memiliki pliharaan anjing. Meski begitu, menurutku anjing disini sangat penurut, jadi di rumah inapku anjing jarang sekali masuk rumah atau menginjak lantai keramik dibandingkan menginjang lantai tanah. (Hampir setiap dapur di dusun ini menggunakan tanah sebagai lantai.)

     Keberadaan Dusun Krecek sebagai komunitas Buddhis yang kental dengan tradisi Jawa menawarkan perspektif unik tentang keragaman budaya dan agama di Indonesia. Kombinasi antara kehidupan spiritual, pelestarian alam, dan harmoni sosial menjadikan dusun ini sebagai contoh nyata bagaimana nilai-nilai tradisional dapat hidup berdampingan dengan perkembangan zaman. lalu kapan kalian akan berkunjung ke dusun Krecek !? :)

Minggu, 29 Desember 2024

Malam waktu lalu

Pasar Senthir: Petualangan malam, berburu masa lalu Yogyakarta menjadi salah satu kota kesayangan gen z, karena senja dan malamnya yang romantis. Dengan julukan Kota Pelajar atau Kota Angkringan, Yogyakarta tidak hanya menawarkan keindahan budaya, tetapi juga kehangatan masyarakat dan pesona pasar-pasar tradisionalnya. Salah satu pasar yang patut dikunjungi adalah Pasar Senthir, pasar malam unik yang menggambarkan nostalgia masa lampau dengan sentuhan khas lokal. Sejarah dan Keunikan Pasar Senthir Nama Pasar Senthir diambil dari kata senthir, yang berarti lampu minyak tradisional. Dahulu kala, para pedagang di pasar ini menggunakan lampu senthir sebagai penerangan utama sebelum adanya listrik.

      Pasar ini telah ada sejak tahun 1980an dan menjadi salah satu pusat perdagangan barang bekas dan antik di Yogyakarta. Kini, meskipun lampu senthir telah digantikan oleh lampu moderen, nama tersebut tetap melekat sebagai simbol kisah awal mulanya. Pasar Senthir terletak di kawasan Alun-Alun Utara Yogyakarta. Buka mulai dari jam 09.00 sampai larut malam, pasar ini menjadi tempat favorit bagi para penggemar barang-barang antik, kolektor, maupun wisatawan yang ingin merasakan suasana tradisional Yogyakarta. Aku sendiri jujur juga pencinta barang antik, namun setiap kali main ke sini, aku sangat berhati-hati untuk tidak membel barang-barang yang tidak kubutuhkan. Tidak seperti pasar malam lainnya yang dipenuhi makanan atau hiburan seperti permainan kincir angin dll, Pasar Senthir menawarkan pengalaman belanja yang khas dengan barang-barang unik yang sulit ditemukan di tempat lain. Bahkan mainan jadul juga ada.

     Barang-Barang yang Dijual Salah satu daya tarik utama Pasar Senthir adalah koleksi barang-barangnya yang beragam, mulai dari barang bekas hingga antik. Anda dapat menemukan berbagai barang seperti peralatan rumah tangga, alat musik tradisional, piringan hitam, buku-buku tua, kaset, hingga perhiasan vintage. Bahkan, tak jarang Anda bisa menemukan benda langka seperti kamera analog tua atau jam tangan antik yang masih berfungsi. Bagi kolektor, Pasar Senthir adalah surga tersembunyi. Banyak pengunjung yang rela datang jauh-jauh hanya untuk berburu barang langka dengan harga miring. Harga barang di sini sangat bervariasi, tergantung pada kondisi dan keunikannya. Jangan ragu untuk menawar, karena proses tawar-menawar adalah bagian dari pengalaman belanja di Pasar Senthir. 

      Pesona Malam di Pasar Senthir Berjalan-jalan di Pasar Senthir memberikan sensasi yang berbeda. Deretan lapak pedagang yang sederhana, cahaya lampu kuning yang temaram, serta hiruk-pikuk suara tawar-menawar menciptakan suasana hangat dan nostalgik. Di sini, Anda akan merasakan sentuhan masa lalu yang berpadu harmonis dengan kehidupan modern Yogyakarta. Pasar ini tidak hanya tempat untuk berbelanja, tetapi juga tempat untuk berinteraksi dengan warga lokal. Para pedagang di sini ramah dan sering berbagi cerita tentang barang-barang yang mereka jual, termasuk sejarahnya. Banyak wisatawan yang datang untuk sekadar berjalan-jalan menikmati suasana, bahkan tanpa niat untuk membeli. Tips Mengunjungi Pasar Senthir Untuk Anda yang tertarik mengunjungi Pasar Senthir, berikut beberapa tips agar kunjungan Anda lebih menyenangkan: 
1. Datang Lebih Awal: Pasar biasanya mulai ramai sekitar pukul 19.00. Datang lebih awal memberi Anda kesempatan untuk menjelajahi lapak tanpa terlalu berdesakan. 

2. Siapkan Uang Tunai: Sebagian besar pedagang hanya menerima pembayaran tunai, jadi pastikan Anda membawa uang dalam jumlah yang cukup. 

3. Pakai Pakaian Nyaman: Karena pasar ini berada di ruang terbuka, kenakan pakaian yang nyaman dan sepatu yang cocok untuk berjalan. 

4. Jangan Ragu untuk Menawar: Tawar-menawar adalah bagian dari budaya belanja di pasar ini, jadi manfaatkan kesempatan untuk mendapatkan harga terbaik. 

5. Bawa Kantong atau Tas Tambahan: Jika Anda berencana membeli barang, bawalah tas tambahan untuk memudahkan Anda membawa barang belanjaan.

Selamat menjelajah dan menikmati malam di pasar Senthir!

Kamis, 05 Desember 2024

Wilayah yang nyaman untuk beristirahat

Swis: Negeri Keindahan Alam dan Kecanggihan Zaman Swis, atau yang sering disebut sebagai negri susu dan madu, sebuah negara kecil di Eropa Tengah yang punya reputasi besar. Dengan pegunungan Alpen yang menjulang tinggi, cokelat berkualitas dunia, dan sistem transportasi yang presisi, Swis seolah menjadi potret sempurna dari harmoni alam dan teknologi. Negeri ini bukan hanya surga bagi para pecinta wisata alam, tapi juga simbol efisiensi, kemakmuran, dan keberagaman budaya. Jika kamu penggemar pemandangan alam yang bikin hati tenang, Swis adalah tempatnya. Pegunungan Alpen menjadi daya tarik utama. Puncak-puncaknya yang berselimut salju, seperti Matterhorn, seolah menyapa para petualang dari seluruh dunia. Saat musim dingin tiba, tempat ini menjelma jadi surga bagi penggemar olahraga ski dan snowboarding. Tapi bukan cuma Alpen, danau-danau di Swis juga tak kalah cantik. Sebut saja Danau Jenewa, yang airnya jernih seperti kaca dan dikelilingi oleh kebun anggur. Atmosfernya bikin siapa pun betah lama-lama nongkrong di tepiannya. Uniknya, pemerintah Swis sangat serius dalam menjaga keindahan alam mereka. Swis punya kebijakan lingkungan yang ketat. Dari energi terbarukan hingga transportasi ramah lingkungan, mereka nggak main-main. Bahkan, banyak desa di Swis yang mobil dilarang masuk untuk menjaga kualitas udara. Kebayang kan, sebersih apa udaranya di sana? Negara Kecil dengan 4 Bahasa Meskipun ukurannya kecil, Swis adalah negara dengan keberagaman budaya yang luar biasa. Ada empat bahasa resmi yang digunakan di Swis: Jerman, Prancis, Italia, dan Romansh. Bahasa ini merepresentasikan wilayah geografis dan etnis yang berbeda di negara tersebut. Di Zurich, misalnya, mayoritas warganya berbicara bahasa Jerman. Tapi kalau kamu ke Jenewa atau Lausanne, bahasa Prancis jadi bahasa sehari-hari. Keragaman bahasa ini bikin Swis jadi tempat yang unik. Selain itu, toleransi dan penghormatan terhadap budaya lain juga sangat kuat. Sistem pendidikan di Swis mendorong siswa untuk belajar lebih dari satu bahasa, menjadikan mereka salah satu masyarakat multibahasa terbaik di dunia. Kalau bicara soal Swis, siapa sih yang bisa lupa soal cokelatnya? Cokelat Swis sudah terkenal mendunia karena kualitasnya. Merek-merek seperti Toblerone dan Lindt jadi bukti nyata bahwa Swis nggak main-main soal rasa. Tradisi membuat cokelat di Swis sudah berlangsung sejak abad ke-19. Selain itu, ada juga tur pabrik cokelat yang bisa diikuti wisatawan. Di sana, kamu nggak cuma mencicipi cokelat langsung dari sumbernya, tapi juga belajar proses pembuatannya. Selain cokelat, Swis juga dikenal sebagai rajanya jam tangan. Mulai dari Rolex hingga Swatch, industri jam tangan Swis adalah salah satu yang paling bergengsi di dunia. Jam tangan buatan Swis terkenal karena ketepatan dan desainnya yang elegan. Politik Netral dan Sistem yang Efisien Swis adalah negara netral. Sejak abad ke-19, mereka jarang terlibat dalam konflik internasional. Kebijakan ini memungkinkan mereka menjadi tuan rumah bagi berbagai organisasi dunia, seperti Palang Merah Internasional dan kantor PBB (Perserikatan bangsa bangsa) di Jenewa. Sistem politik Swis juga patut diacungi jempol. Mereka memiliki sistem demokrasi langsung, yang memungkinkan rakyat untuk memberikan suara langsung dalam banyak keputusan penting. Selain itu, Swis juga dikenal dengan sistem transportasi publiknya yang efisien. Kereta api Swis, seperti Glacier Express, adalah salah satu yang paling nyaman di dunia. Bayangkan perjalanan dengan pemandangan Alpen yang memukau, sambil duduk di kereta yang super nyaman dan tepat waktu. Swis adalah bukti bahwa harmoni antara alam, teknologi, dan budaya bisa tercapai. Dengan fokus pada keberlanjutan, toleransi, dan inovasi, Swis menunjukkan kepada dunia bagaimana sebuah negara kecil bisa memberikan dampak besar. Kalau kamu punya kesempatan, Swis adalah destinasi yang wajib dikunjungi. Mulai dari pegunungan yang megah hingga cokelat yang manis, negeri ini siap memberikan pengalaman yang tak terlupakan.

Jumat, 29 November 2024

Muda

semesta memangku kami menceritakan dongeng yang berbeda di setiap bulan menuntun, memberi obat pereda mimpi buruk, yang kembar tak sama setiap memiliki kekuatan yang berbeda.

setiap kata menari cantik memblokir logika mereka yang dewasa, 
dibalik bodoh ada kepintaran dibalik kepintaran ada kekelaman.

di momong media terkadang memang overdosis imaji instan namun itu bahan fondasi barun untuk melangkah ke tempat yang di inginkan. 

terlalu banyak motivasi dan riuh juga sunyi, bodoh dan pintar itu sebuah kesamaan 
iya dan tidak tergantung keberadaan.

Borobudur

Ini sekitar kali ke 4 aku mengunjungi Borobudur. Kali ini aku mengunjung borobudur karena ada kelas sejarah sekaligus arkeologi bersama tema...