Jumat, 13 Juni 2025

Borobudur

Ini sekitar kali ke 4 aku mengunjungi Borobudur. Kali ini aku mengunjung borobudur karena ada kelas sejarah sekaligus arkeologi bersama teman-teman kelasku. Kami tidak belajar mandiri, namun dipandu dengan seorang kakak lulusan ugm sejarah yang membantu menjelaskan menganai kisah borobudur Asal-Usul Candi Borobudur Candi Borobudur dibangun pada masa pemerintahan Dinasti Syailendra sekitar abad ke-8 hingga ke-9 Masehi, tepatnya diperkirakan antara tahun 780 hingga 840 M. Dinasti Syailendra adalah kerajaan Buddha Mahayana yang kuat di Nusantara, dan mereka dikenal sebagai patron seni dan agama. Borobudur adalah perwujudan dari cita-cita spiritual dan kemegahan budaya yang mereka miliki. Letaknya yang strategis di antara dua gunung berapi (Merapi dan Merbabu) dan dua sungai (Progo dan Elo), menunjukkan pemilihan lokasi yang sangat simbolis dan spiritual. Dalam kepercayaan Jawa Kuno, letak semacam itu diyakini memiliki kekuatan kosmologis. Nama "Borobudur" sendiri masih jadi misteri. Ada yang bilang berasal dari kata "Vihara Buddha Uhr" (Biara Buddha di atas bukit), ada juga yang percaya nama itu diambil dari desa terdekat, Bore atau Boro. Namun yang pasti, Borobudur menjadi penanda penting bagi umat Buddha sebagai tempat ziarah dan meditasi. Struktur dan Makna Arsitektur Candi Borobudur dibangun dengan gaya mandala, simbol alam semesta dalam ajaran Buddha. Terdiri dari tiga tingkatan utama yang merepresentasikan tiga tahapan kehidupan dalam ajaran Buddha: Kamadhatu – Dunia keinginan dan nafsu. Di bagian ini, terdapat relief yang menggambarkan hukum karma dan kehidupan manusia yang masih terikat oleh hawa nafsu. Rupadhatu – Dunia bentuk, tempat manusia mulai meninggalkan hawa nafsu dan mulai mencari pencerahan. Di sini terdapat ratusan patung Buddha dan relief cerita Jataka (kisah kehidupan Buddha sebelumnya). Arupadhatu – Dunia tanpa bentuk, simbol dari pencerahan tertinggi. Pada bagian puncaknya terdapat 72 stupa berlubang dengan patung Buddha di dalamnya dan satu stupa besar di tengah, melambangkan Nirwana. Secara keseluruhan, candi ini memiliki 2.672 panel relief dan 504 arca Buddha, menjadikannya kompleks relief Buddha terlengkap dan terbesar di dunia. Namun sayang, beberapa arca ada yang di ambil dan ada juga yang rusak. Siapa yang Pertama Kali Menemukan Borobudur? Setelah kejayaan Dinasti Syailendra meredup dan pengaruh Hindu-Islam mulai mendominasi Jawa, Borobudur terkubur oleh abu vulkanik dan tertutup vegetasi. Ratusan tahun candi ini hilang dari peradaban, hingga ditemukan kembali pada abad ke-19. Orang pertama yang “menemukan” kembali Borobudur adalah Sir Thomas Stamford Raffles, Gubernur Jenderal Inggris di Jawa saat itu (1811–1816). Ia mendapat laporan dari penduduk lokal tentang sebuah "gunung" yang penuh batu-batu kuno. Raffles lalu mengirim tim, termasuk seorang insinyur Belanda bernama H.C. Cornelius, untuk menyelidikinya. Penggalian dimulai, dan perlahan candi raksasa itu terungkap dari balik hutan lebat dan tanah. Meski Raffles bukan yang pertama secara fisik melihatnya, ia punya peran besar dalam memperkenalkan Borobudur ke dunia. Restorasi Besar-Besaran Sejak ditemukan kembali, Borobudur mengalami berbagai upaya penyelamatan dan restorasi. Restorasi besar-besaran dilakukan oleh pemerintah Indonesia dan UNESCO antara tahun 1975–1982. Dalam proyek ini, lebih dari dua juta batu dipindahkan, diperiksa, dan dipasang ulang. Pada tahun 1991, Borobudur resmi masuk dalam daftar Situs Warisan Dunia UNESCO. Sejak itu, popularitasnya terus meningkat dan menjadi magnet wisata spiritual, sejarah, dan budaya. Fakta Menarik tentang Borobudur Nah, sekarang kita masuk ke bagian seru! Banyak hal menarik yang mungkin belum kamu tahu tentang Borobudur. Yuk, kita simak: Tidak Menggunakan Semen Borobudur dibangun tanpa semen atau bahan perekat. Batu-batunya disusun seperti puzzle raksasa, dengan teknik kunci antar batu yang sangat presisi. Relief Terpanjang di Dunia Total panjang relief Borobudur mencapai sekitar 5 kilometer! Itu menjadikannya koleksi narasi visual paling lengkap dalam sejarah arsitektur Buddha. Menghadapi Timur Pintu masuk utama Borobudur menghadap ke arah timur, tempat matahari terbit. Ini melambangkan awal kehidupan dan pencerahan spiritual. Stupa Utama Masih Misterius Stupa utama di puncak candi tidak memiliki patung Buddha di dalamnya. Ada yang bilang ini simbol kekosongan (Sunyata), ada juga yang berspekulasi pernah ada arca di dalamnya tapi hilang. Tata Letak Sesuai Kosmologi Borobudur bukan hanya candi, tapi juga peta alam semesta versi Buddha. Tata letaknya mencerminkan perjalanan spiritual menuju pencerahan. Takhayul dan Mitos Borobudur Tak lengkap rasanya bicara soal situs kuno tanpa menyentuh sisi mistisnya. Borobudur juga punya segudang mitos dan takhayul yang dipercaya oleh masyarakat lokal maupun para pengunjung. Stupa yang Bisa Mengabulkan Permintaan Banyak wisatawan percaya kalau kamu bisa menyentuh patung Buddha di dalam stupa berlubang sambil memejamkan mata dan mengucap permohonan, maka keinginanmu akan terkabul. Mitos ini membuat beberapa orang nekat memasukkan tangan ke dalam stupa—padahal sekarang sudah dilarang demi pelestarian. Kutukan Pengambil Artefak Beberapa orang yang pernah mencuri atau mengambil batu, patung, atau bagian dari Borobudur untuk dibawa pulang mengalami nasib buruk. Ada kisah bahwa mereka sakit parah, bangkrut, atau mengalami kecelakaan. Banyak yang akhirnya mengembalikan barang curian mereka ke otoritas candi. Bahkan ada yang mengirim balik lewat pos! Borobudur dan Ramalan Kiamat Ada mitos bahwa Borobudur akan runtuh ketika dunia mendekati kiamat. Ini mungkin lahir dari cerita rakyat tentang letusan dahsyat Gunung Merapi yang pernah nyaris menghancurkan Borobudur. Suara Gaib dan Bayangan Misterius Beberapa petugas malam di Borobudur mengaku mendengar suara gamelan atau bayangan sosok berjubah seperti biksu yang muncul lalu menghilang. Apakah ini roh para biksu zaman dulu atau sekadar ilusi? Hanya mereka yang berjaga malam yang tahu jawabannya. Kurang lebih cerita itu lah yang aku catat ketika mentorku menceritakan mengenai sejarah Borobudur. Sayang ketika itu aku tidak ikut serta naik ke candi borobudurnya.

Borobudur

Ini sekitar kali ke 4 aku mengunjungi Borobudur. Kali ini aku mengunjung borobudur karena ada kelas sejarah sekaligus arkeologi bersama tema...